Kamis, 26 April 2012

catatan semantik


PENDAHULUAN

            Semantik merupakan salah satu cabang Linguistik yang mempelajari mengenai arti atau makna dimana di dalam semantik dibahas mengenai hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Kata semantik  itu sendiri berasal dari bahasa Yunanisemayang artinya “ tanda ” atau“ lambang ”. Sedangkan  kata kerjanya adalahsemaino yang memiliki arti “ menandai ” atau “ melambangkan ”.
            Sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam study Linguistik, maka study semantik sebagai bagian dari study Linguistik menjadi semakin diperhatikan. Berbagai teori tentang makna mulai bermunculan. Ferdinand de Saussure, dengan teorinya bahwa tanda linguistik (signe linguistique) terdiri atas komponen signifian dan signifie. Selanjutnya, Hockett (1954) dalam Chaer (1994), menyatakan bahwa bahasa adalah suatusistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri atas lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Chomsky sendiri, dalam bukunya yang pertama tidak menyinggung-nyinggung masalah makna, baru pada buku yang kedua, (1965), menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa, di samping dua komponen lain yaitu sintaksis dan fonologi, serta makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik.
            Selain membahas mengenai makna, dalam Semantik juga dibahas mengenai penamaan, peristilahan, serta kamus. Hal ini tentu saja memiliki korelasi dengan langkah memahami makna suatu kata. Diantara bahasannya yaitu mengenai pengertian penamaan, asal usul pemberian nama, perbedaan kata dengan istilah, pengertian dan jenis-jenis kamus, serta manfaat kamus dalam memperkaya pembendaharaan kata.
            Untuk memahami hal-hal di atas maka kami mencoba membahasnya dalam sebuah makalah yang berjudul “ Penamaan, Peristilahan, serta Kamus ”.

BAB II

PENAMAAN, PERISTILAHAN SERTA KAMUS

             Menurut Kridalaksana ( 1982 : 160 ) “ Penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses dan sebagainya. Biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada, antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata ”.
              Sedangkan menurut Abdul Chaer ( 2009 : 43 ) “ Penamaan adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu pada suatu reperen yang berada di luar bahasa ”.
              Penamaan suatu objek di suatu daerah tentu saja tidak akan sama dengan daerah yang lainnya.Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata padi, yang dalam bahasa Sunda disebut pare dan dalam bahasa Gorontalo disebut pale.
              Sehubungan dengan permasalahan yang terjadi pada perbedaan penamaan di setiap daerah atau wilayah tertentu, beberapa filosop berpendapat sebagai berikut :
        Plato ( 429-348 SM ) menyatakan bahwa ada hubungan hayati antara nama dan benda. Ia menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Karena itu, kata-kata itu tidak lain merupakan nama atau label dari yang dilambangkannya, baik berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa.
        Arisroteles ( 384-322 SM ) menyatakan bahwa pemberian nama soal perjanjian antara sesama anggota masyarakat bahasa. Sehingga pemberian nama itu bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali antara lambang dengan yang dilambangkannya.

        Socrates ( 469-399 SM ) menyatakan bahwa nama diberikan harus sesuai dengan sifat acuan yang diberi nama. Pendapat Socrates ini merupakan kebalikan dari pendapat Aristoteles.

              Penamaan terhadap sejumlah kata dalam bahasa Indonesia dapat terjadi karenakan sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa  tertentu, diantaranya :
        Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan dari benda tersebut. Contoh tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “ tokek, tokek ”.
        Maksudnya penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu. Hal ini sering kita kenal dengan istilah pars prototo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya. Misalnya “ Di kampungku terdapat 50 kepala keluarga ”. disini bukan hanya berarti kepala keluarganya saja tetapi beserta anak dan istrinya.
        Selain pars prototo dikenal pula totem proparte, dimana yang disebut adalah keseluruhan tetapi yang dimaksud adalah sebagian. Misalnya             “ Seluruh Perguruan Tinggi ikut dalam lomba karya ilmiah ”. disini yang dimaksud adalah beberapa orang peserta dari perguruan tinggi tersebut.
        Penyebutan sifat khas maksudnya penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Dimana pada prosesnya terjadi transposisi makna dalam pemakaian, yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Misalnya orang yang sangat kikir lazim disebut “ si kikir ” atau“ si bakhil ”.

        Maksudnya penamaan terhadap suatu objek berdasarkan kepada nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Nama-nama yang demikian disebut dengan istilah appelativa. Misalnya mujair adalah nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakkan oleh seorang petani yang bernama Mujair di kediri.
        Sebagian nama benda dapat ditelusuri berdasarkan nama tempat asal benda tersebut. contoh kata sarden atau ikan sarden berasal dari nama pulauSardinia di Italia.
        Maksudnya penamaan suatu benda dapat berasal dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya benda-benda yang terbuat dari kaca disebut juga dengan kaca seperti kaca mata, kaca jendela, kaca mobil dan sebagainya.
        Maksudnya penamaan terjadi akibat gejala metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya diperbandingkan atau dipersamakan dengan makna leksikal dari kata itu. Misalnya terdapat frase kaki meja, kaki gunung, kaki kursi. Di sini kata kaki mempunyai kesamaan dengan salah satu ciri makna dari kata kaki yaitu “ alat penopang berdirinnya tubuh ”.
        Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang merupakan hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya, ABRI yang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Depnaker yang berasal dari Departemen Tenaga Kerja.
        Maksudnya kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Penggantian tersebut dapat disebabkan karena kata atau istilah yang lama dianggap kurang tepat, tidak rasional,kurang halus atau kurang ilmiah. Misalnya, kata piknik diganti menjadi darmawisata, kata buruh diganti dengan kata karyawan.

              Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna, kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem, atau gabungan huruf dengan morfem, baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu mempunyai makna. (Komposisi Bahasa Indonesia 2007: 76)
               Pada hakikatnya istilah juga kata, tetapi mempunyai ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan kata pada umumnya. Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna, konsep proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. (Bahasa Indonesia Ilmiah 1995: 23)
              Adapun mengenai perbedaan antara kata denngan istilah maka akan dikemukakan sebagai berikut :
1.      Kata bersifat umum sedangkan istilah bersifat khusus dalam bidang tertentu. Contohnya terdapat istilah-istilah khusus yang terdapat dalam bidang kedokteran, ekonomi, biologi dan lain sebagainya.
2.      Kata dapat bermakna ganda sedangkan istilah tidak. Contoh kata tubuh dapat diartikan keseluruhan jasad manusia atau binatang, bagian badan yang terutama, atau diri sendiri. Sedangkan istilah misalnya dalam ilmu bahasa fonem, morfem hanya hanya memiliki satu makna saja.
3.      Makna kata bergantung pada konteks sedangkan makna istilah bebas konteks. Misalnya kata “ bunga ” dalam kalimat-kalimat berikut :
a.       Di kebun banyak bunga
b.      Gadis itu bunga desa
c.       Ia meminjam uang dengan bunga 5 %
4.      Istilah bersifat internasional dan mempunyai konsep yang universal dalam ilmu yang bersangkutan. Contohnya hidrogen, oksigen, tifus, influenza.
5.      Istilah biasanya otentik atau tidak sama dengan kata sehari-hari. Misalnya prakiraan merupakan istilah sedangkan perkiraan kata, renik merupakan istilah dan mikro kecil adalah kata. Meskipun pada dasarnya kedua pasang kata tersebut memiliki kesamaan makna.
              Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary disebutkan bahwa “ Kamus adalah buku yanng berisi pilihan kata-kata suatu bahasa, atau suatu kelas kata khusus, biasanya disusun secara alfabetis, dengan penjelasan-penjelasan mengenai maknanya serta informasi lainnya mengenai kata-kata, dinyatakan atau diekspresikan dalam bahasa yang sama atau dalam bahasa lain, disebut juga leksikon atau glosari ” ( Guntur Tarigan, 2009 :163 ).
              Sedangkan menurut Kridalaksana ( 2001 : 95 ) “ Kamus adalah buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai pelbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa, biasanya disusun menurut urutan abjad ”.
              Menurut  Ladislav Zgusta seorang ahli dalam perkamusan,  kamus dapat dibagi menjadi beberapa macam diantaranya :
adalah kamus yang dilengkapi dengan keterangan yang lebih luas, biasanya ditambah entri berupa nama orang, nama geografis, dengan keterangannya serta gambar dan sketsa. Bahasannya pun luas menyangkut segala bidang pengetahuan manusia baik fisik maupun nonfisik.
adalah kamus mengenai ilmu bahasa. Kamus Linguistik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a.       Berdasarkan waktu :
1)      Kamus Diakronis
a)      Kamus Historis
b)      Kamus Etimologis
2)      Kamus Sinkronis
b.      Berdasarkan jangkauan :
1)      Kamus Umum
a)      Kamus Deskriptif Standar
b)      Kamus Deskriptif Keseluruhan ( Kamus Informatif )
2)      Kamus Khusus atau Terbatas
a)      Kamus Ideologis atau Sinonim
b)      Kamus Sistematik

c.       Berdasarkan Jumlah Bahasa
1)      Kamus Monolingual ( Ekabahasa )
2)      Kamus Bilingual ( Dwibahasa )
3)      Kamus Multilingual ( Aneka Bahasa )
d.      Berdasarkan Jumlah Entri
1)      Kamus Besar ( Tesaurus )
2)      Kamus Sedang
3)      Kamus Kecil
              Berikut ini pengertian kamus yang dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Pengajaran Semantik ( 2009: 167 ) :
              Kamus Diakronis adalah kamus yang memusatkan perhatian pada sejarah dan perkembangan kata-kata, baik yang berkaitan dengan bentuk maupun yang berkaitan dengan makna.
              Kamus Historis memusatkan perhatian pada perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam bentuk maupun dalam makna suatu kata dalam jangka waktu sejarah.
              Kamus Etimologis adalah kamus yangmemusatkan perhatian pada asal-usul kata-kata. Kamus jenis ini biasanya lebih memusatkan perhatian pada bentuk kata dibangding makna katanya.
              Kamus Sinkronis adalah kamus yang menggarap persediaan leksikal suatu bahasa pada suatu masa tertentu atau pada tahap perkembangannya.
              Kamus Umum adalah kamus yang berisi segala kata dalam suatu bahasa beserta maknanya.
              Kamus Khusus adalah kamus yang  garapannya terbatas pada satu bidang saja. Contoh kamus ekonomi.
              Kamus Kata-kata Asing adalah semacam kamus khusus yang menangani kata-kata pungut atau kata-kata pinjaman yang berasal dari bahasa asing.
              Kamus Singkatan adalah semacam kamus khusus yang memusatkan perhatian pada kata-kata teleskopis akronim, dan singkatan-singkatan yang lazim dipakai dalam suatu bahasa.
              Kamus Ideologis adalah sejenis kamus terbatas yang memusatkan perhatian pada padanan kata, kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya, atau pada istilah-istilah yang memiliki hubungan semantis.
              Kamus Sistematik memusatkan perhatian pada kata-kata yang berhubungan secara semantis dalam kelompok-kelompok yang berdasarkan bidang-bidang onomasialogis dan di dalamnya berdasarkan struktur-struktur nasional atau struktur gagasan. Contoh thesaurus of english words and phrases karya Roget.
              Kamus Deskriptif standar dapat digolongkan sebagai kamus deskriptif bahasa nasional baku seperti yang dipakai pada batas waktu saat kamus itu disusun, dan diharapkan dapat dipakai untuk beberapa lama setelah penerbitan kamus itu. Kamus jenis ini memerikan bahasa yang dipakai para pengarang atau pembicara masa kini.
              Kamus Deskriptif keseluruhan adalah kamus yang memerikan lebih banyakbahas nasional baku, kamus ini tidak menggarap pemakaian kata masa depan akan tetapi dipakai untuk mendapatkan informasi mengenai kata yang tidak mereka fahami pada saat membaca atau mendengar suatu naskah.
              Kamus Ekabahasa adalah kamus yang menyajikan satu bahasa saja.
              Kamus Dwibahasa adalah kamus yang menyajikan dua bahasa, maksudnya untuk menterjemahkan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.
              Kamus Aneka Bahasa adalah kamus yang menyajikan lebih dari satu bahasa.
              Kamus Besar adalah kamus yang memuat lebih dari 200.000 kata kepala atau entri.
              Kamus Sedang adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 40.000 kata kepala atau entri.
              Kamus Kecil adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 10.000 kata kepala atau entri.

              Sebagaimana kita ketahui kamus merupakan gudang atau daftar makna kata. Kamus tidak hanya perekam atau pencatat makna kata tetapi jauh lebih dari itu. Dalam beberapa hal kamus merupakan tempat penyimpanan pengalaman-pengalaman manusia yang telah diberi nama, dengan demikian merupakan sarana penting dalam pengajaran kosa kata dan pengajaran semantik.
              Kamus memberikan informasi mengenai kata kepala, bentuk kata, ucapan dan ejaan, jenis kata, sinonim, tingkat-tingkat pemakaian kata, definisi atau batasan, catatan pemakaian kata, ilustrasi penjelas definisi, derivasi kata, contoh pemakaian kata, frase, kutipan-kutipan, kata-kata asing, acuan silang maupun acuan tambahan, sehingga bagi penggunanya kamus dapat  meningkatkan dan memperkaya perbendaharaan kosa kata.
              Manfaat lain dari kamus yaitu untuk mempermudah para pembelajar bahasa, misalnya orang asing yang ingin mempelajari suatu bahasa akan sangat terbantu dengan informasi tentang kata atau bahasa yang terdapat dalam kamus.

KESIMPULAN


Penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses dan sebagainya. Biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada, antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
Penamaan dapat terjadi karena sebab-sebab tertentu diantaranya peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan, dan penamaan baru.
Kata memiliki perbedaan dengan istilah. kata bersifat umum sedangkan istilah bersifat khusus dalam bidang tertentu.    Kata dapat bermakna ganda sedang istilah tidak. Makna kata tergantung pada konteks sedangkan makna istilah bebas. Istilah bersifat internasional dan memiliki konsep universal dalam ilmu yang bersangkutan.       Selain itu istilah biasanya otentik atau berbeda dengan kata sehari-hari.
Kamus adalah buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai pelbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa, biasanya disusun menurut urutan abjad. Kamus dapat dibagi menjadi kamus ensiklopedis dan kamus linguistik. Selain itu kamus dapat dibedakan pula berdasarkan waktu, jangkauan, jumlah bahasa, dan jumlah entri.
Adapun manfaat kamus bagi para pemakainya yaitu tentu saja untuk meningkatkan dan memperkaya pembendaharaan kata. Selain itu kamus dapat mempermudah untuk mempelajari suatu bahasa terutama yang berhubungan dengan semantik.

DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung : Penerbit Angkasa
Resmini, Novi. Modul Bimbingan Belajar tentang Unsur Semantik dan Jenis Makna
http://pendikananakdesa.blogspot.com. Penulisan kata dan istilah dalam karya tulis ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar